Banyak dari kita berusaha keras untuk meyakinkan orang untuk membeli sebelum mengetahui benar apa yang diinginkan pembeli, padahal, hal ini merupakan kesalahan terbesar dalam menjual.
Untuk meraih kesuksesan dalam bidang penjualan, ada tiga hal
yang perlu ditanamkan dalam diri masing-masing. Disingkat menjadi SEA
(Sincerity-Tulus, Ethics-Etiket, Asking-Bertanya). Selain ketiga hal ini, Anda
juga harus menyadari bahwa dalam bisnis haruslah membangun hubungan yang saling
menguntungkan.
penjelasan tiga keahlian membina hubungan baik dengan
pembeli guna meningkatkan penjualan dan memberikan kepuasan pembeli yang
dijabarkan oleh Sharon Michaels, ahli bisnis dan penulis buku How to Give
Yourself the Power to Succeed, seperti dikutip dari Forbes.
1. Mendengarkan dengan seksama tanpa
memikirkan agenda pribadi Anda
Proses membeli bukan hanya seputar diri sendiri maupun
keinginan Anda sebagai penjual, melainkan tentang si pembeli. Seringkali kita
terlalu sibuk memikirkan kuota penjualan, promosi dan komisi hingga melupakan
apa yang sebenarnya diinginkan dan diharapkan calon pembeli. Penjual dengan
agenda pribadi cenderung memaksakan diri dan tidak mendengarkan. Fokuslah
terhadap manfaat apa saja yang bisa diberikan produk Anda kepada pembeli.
2. Jangan menyuruh seseorang untuk
membeli, namun arahkan keputusan membeli
Peranan Anda sebagai penjual adalah mempresentasikan produk
dengan jelas, cerdas, jujur dan penuh integritas. Sedangkan peranan pembeli
adalah memutuskan apa yang terbaik untuk dibeli. Pembeli yang setia adalah
pembeli yang cerdas.
Tugas Anda cukup menawarkan produk, pelayanan atau ide. Lalu
jelaskan keuntungan dan manfaatnya bagi calon pembeli jika kelak mereka
membelinya. Jangan lupa untuk menjawab pertanyaan. Merealisasikan transaksi
penjualan harus dibangun dari proses tanya jawab yang menyeluruh dan kemudian
membangun rasa percaya antar kedua belah pihak.
3. Layani pembeli dari apa yang
mereka mau dari produk Anda
Terkadang, kita terlalu asyik menceritakan kelebihan maupun
kisah dari produk yang kita jual sampai melupakan satu hal penting. Hal itu
adalah ekspektasi pembeli potensial. Hal ini berarti apa yang Anda rasa
penting, bukan berarti penting bagi mereka.
Contoh konkritnya, ada seorang ibu paruh baya menjelaskan
bisnis rumahan yang menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan rumah kepada ibu
muda. Setelah menjelaskan poduknya, seketika ibu muda itu menolak. Dengan
terheran-heran, ibu paruh baya tadi bertanya kenapa. Ternyata di umurnya yang
masih muda, ibu muda tadi justru mencari bisnis rumahan yang justru bisa
membuatnya sering keluar rumah dan travelling. Di sinilah kemampuan
mendengarkan dan mengetahui benar apa yang pembeli inginkan menjadi penting.
Moral dari cerita ini adalah lontarkan pertanyaan dan
dengarkan jawabannya. Jangan berasumsi apa yang penting bagi Anda sama
pentignya bagi calon pembeli.
Tidak ada komentar:
Write komentar